Renungan di Penghujung Ramadan
Renungan di Penghujung Ramadan

 

Wahai hamba-hamba Allah, tak terasa Ramadan telah tiba di penghujungnya. Kita yang dulu penuh semangat menyambut bulan penuh berkah ini, kini harus merelakan kepergiannya. Betapa cepatnya waktu berlalu, seakan baru kemarin kita berdoa agar diberi kekuatan untuk memaksimalkan ibadah. Namun, Ramadan akan segera meninggalkan kita, meninggalkan kenangan dan peluang yang tak akan terulang.

Setiap bulan yang berlalu, sebagian dari kita merasa gembira karena berbagai pencapaian duniawi, seperti menerima gaji dari kantor atau melihat impian mulai terwujud. Namun, sadarkah kita bahwa setiap akhir bulan juga menandakan semakin dekatnya ajal kita? Waktu terus berjalan, tak pernah kembali, dan setiap detiknya adalah kesempatan yang semakin berkurang untuk mendekatkan diri kepada Allah .

 

أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ؟ قَالَ: "‌مَنْ ‌طَالَ ‌عُمُرُهُ، ‌وَحَسُنَ عَمَلُهُ،" قَالَ: فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ؟ قَالَ: "مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ."

Seorang laki-laki bertanya pada Rasulullah , “Wahai Rasûlullâh, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”, dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya.” (HR Tirmidzi no. 2330)

 

Ahibbati fillah, dari hadis ini kita diajarkan bahwa panjang umur adalah anugerah dari Allah yang seharusnya digunakan sebaik-baiknya untuk memperbanyak amal saleh. Sebagaimana Rasulullah mengingatkan kita …

 

”Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya adalah orang yang paling baik di sisi Allah , sementara orang yang panjang umurnya namun buruk amalannya adalah sebaliknya, orang yang paling buruk.”

  


Ini adalah kesempatan berharga yang harus kita manfaatkan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah kita.

Kita semua diberi waktu yang terbatas di dunia ini, dan Ramadan menjadi salah satu momen terbaik untuk memperbaiki amal perbuatan kita. Hari-hari indah di bulan Ramadan, malam-malam yang penuh doa dan harapan, akan menjadi saksi bagi setiap amal yang kita lakukan di bulan yang penuh berkah ini. Setiap detik yang kita habiskan dalam ibadah selama Ramadan akan tersimpan rapi dalam catatan amal kita, tertata dengan baik, hingga kelak di hari kiamat kita akan menerima balasan atas semua yang telah kita lakukan. Marilah kita merenung sejenak …

 

”Sudahkah kita memanfaatkan waktu yang Allah berikan sebaik-baiknya di bulan suci ini?”

  


Pasti setiap manusia menginginkan agar hari-harinya panjang, terutama di antara dirinya dan hari kiamat yang semakin dekat. Sebab, banyak yang merasa belum siap menghadapi hari kiamat tersebut, yang penuh dengan azab, kekuasaan dan kebesaran Allah . Namun, Allah yang Maha Pengasih memberikan kita bulan Ramadan, yang berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Ini adalah bukti kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang membutuhkan waktu untuk berhenti sejenak, merenung dan mengevaluasi perjalanan hidupnya. Allah sediakan bagi kita di bulan Ramadan satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Namun, sayangnya, banyak manusia yang melalaikan dan mengabaikan kesempatan berharga ini. Padahal, bulan ini adalah kesempatan emas untuk memperbaiki amal perbuatan dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Ahibbati fillah, Allah tidak membutuhkan puasa kita, tidak memerlukan i'tikaf kita, dan tidak memerlukan qiyamul lail kita. Semua amal ibadah yang kita lakukan sejatinya adalah untuk diri kita sendiri. Allah berfirman dalam hadis Qudsi,

 

يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِىَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُومَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya inilah amal perbuatan kalian. Aku catat semuanya untuk kalian, kemudian Kami akan membalasnya. Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah dan barang siapa mendapatkan selain dari itu, maka janganlah sekali-kali ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.”

(HR Muslim, no. 2577)

 

Jika kita mendapati dalam catatan amal kita dosa dan kemaksiatan, atau kewajiban yang kita abaikan, janganlah mencela siapa pun, karena setan pun tidak layak untuk dicela. Yang seharusnya kita cela adalah diri kita sendiri.

Ahibbati fillah, sebagian dari kita sudah kehilangan orang-orang yang kita cintai, kerabat, handai tolan, sahabat.

 

“Mereka yang telah pergi dan sekarang berada di alam barzakh, pasti berharap jika Allah memberi mereka kesempatan untuk kembali ke dunia. Bukan untuk melanjutkan urusan duniawi mereka, bukan untuk mengejar harta atau kesenangan, tetapi untuk bertobat dan beramal saleh.”

  


Mereka ingin memperbaiki diri, meninggalkan kemaksiatan yang selama ini mereka anggap sebagai kenikmatan dunia, mereka ingin berbuat kebaikan dan lebih taat kepada Allah . Sayangnya, kesempatan itu sudah tidak ada lagi bagi mereka.

Kita yang masih diberi kesempatan hidup di dunia ini sering kali menyesal karena hal-hal yang terlambat. Kebanyakan dari kita menyesal ketika gagal dalam usaha, ketika kehilangan harta, atau ketika diuji dengan musibah dan sakit. Namun, pernahkah kita menyesal karena kelalaian kita dalam beribadah? Mungkin kita lebih sering menyesal karena perkara dunia, padahal waktu untuk beramal saleh yang terbatas ini lebih berharga daripada apa pun di dunia ini.

Ahibbati fillah, penyesalan dunia hanya bersifat sementara, tetapi penyesalan yang datang setelah kematian tidak ada gunanya. Kita akan menyesal ketika sudah berada di alam barzakh, ketika waktu kita sudah habis dan tidak ada lagi kesempatan untuk beramal. Penyesalan yang paling dalam adalah penyesalan yang datang setelah kita mati, saat tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki apa yang telah kita abaikan.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an tentang hari kiamat,

 

وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنسَانُ وَأَنَّىٰ لَهُ الذِّكْرَىٰ

Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.

(QS Al-Fajr: 23)

 

Hari itu, setiap amal perbuatan kita akan diperlihatkan, setiap kemaksiatan yang kita lakukan akan terungkap. Kita akan menyesal mengapa tidak lebih banyak beramal, mengapa tidak lebih taat, mengapa tidak lebih banyak membaca Al-Qur'an, mengapa tidak lebih banyak bersedekah, mengapa tidak lebih tekun dalam ibadah. Penyesalan itu datang terlambat, dan tidak akan ada lagi kesempatan untuk memperbaiki.

Ahibbati fillah, dalam Surah Al-Furqan, Allah berfirman,

 

وَيَوْمَ يَعِضُّ ٱلظَّـٰلِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِۦۚ يَقُولُ يٰلَيْتَنِىۦ ٱتَّخَذْتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلًا

"Dan pada hari itu orang yang zalim menggigit kedua tangannya, sambil berkata: 'Aduhai, alangkah baiknya jika aku dahulu mengambil jalan bersama Rasul.'"

(QS Al-Furqan: 27)

 

Ayat ini menggambarkan penyesalan dari orang yang zalim, yang pada akhirnya merasa menyesal karena tidak mengikuti jalan yang benar, yakni jalan yang diajarkan oleh Rasulullah . Mereka akan mengingat kembali kesempatan-kesempatan yang telah mereka sia-siakan, bergaul dengan teman-teman yang salah, dan meninggalkan petunjuk yang telah diberikan oleh Nabi . Mereka akan menyesal karena tidak mengikuti sunnah Nabi , yang sejatinya adalah jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

 

”Ahibbati fillah, kita telah berada di detik-detik terakhir bulan Ramadan, waktu yang semakin singkat. Begitu juga dengan umur kita, yang tersisa tak banyak lagi. Maka, selesaikanlah tugasmu, rampungkan amalan yang sudah baik, dan sempurnakanlah yang mungkin masih banyak kekurangan. Hari-hari yang telah berlalu tidak akan kembali, tetapi masih ada waktu yang bisa kita manfaatkan dengan lebih baik.”

  


Sebagian dari kita mungkin mulai merasa lelah, mulai lemas, tetapi justru di akhir Ramadan semangat harus lebih besar! Jangan biarkan nafsu dan syahwatmu mengalahkanmu. Jangan biarkan angan-angan kosong mengalihkan fokusmu dari tujuan utama. Kita sedang berada di putaran terakhir perlombaan ini. Perlombaan untuk mendekatkan diri kepada Allah , berlomba-lomba memperbanyak ibadah, salat malam, mengkhatamkan Al-Qur'an, bersedekah, dan berbuat amal kebajikan. Sungguh sebuah kebodohan jika kita berhenti di tengah jalan, sibuk dengan persiapan Idulfitri, belanja, dan rumah, sementara kita mengabaikan malam yang penuh berkah, malam Lailatul Qadar, yang lebih baik dari seribu bulan. Jangan sampai kita menyesal setelah Ramadan berlalu, karena kita melewatkan kesempatan yang sangat berharga ini.

Ahibbati fillah, mari kita tutup Ramadan ini dengan penuh kesungguhan dan ketulusan. Manfaatkan waktu yang tersisa untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah , memperbaiki diri, dan menyempurnakan amalan. Semoga segala amal ibadah kita diterima oleh-Nya, dan kita keluar dari bulan yang penuh berkah ini dalam keadaan yang lebih baik, lebih dekat kepada-Nya, dan lebih penuh dengan kebaikan. Jangan biarkan kesempatan ini berlalu begitu saja, karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput. Semoga kita semua diberi keberkahan, ampunan, dan rahmat-Nya. Allahumma aamiin.


 
   

Sumber tulisan diambil dari khutbah,

”Jum'at Terakhir di Bulan Ramadan  - Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah MA  - Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.”