Perbedaan Sholat Tarawih, Tahajud, dan Qiyamul Lail
Perbedaan Sholat Tarawih, Tahajud, dan Qiyamul Lail

Pada bulan Ramadan, masjid-masjid dipenuhi oleh kaum muslimin yang menghidupkan malam dengan sholat Tarawih. Suasana penuh kekhusyukan itu menjadi pemandangan yang khas, tetapi sering kali muncul kebingungan apakah Tarawih termasuk Qiyamul Lail? Lalu bagaimana dengan Tahajud?

 

Jika semuanya dikerjakan di malam hari, mengapa ada istilah yang berbeda? Apa perbedaan antara sholat Tarawih, Tahajud, dan Qiyamul Lail? Apakah semuanya sama, atau masing-masing memiliki keistimewaannya sendiri?

  


Jika kita melihat sejarahnya, penamaan sholat Tarawih baru muncul setelah masa para sahabat. Pada dasarnya, sholat yang dilakukan di malam hari disebut Qiyamul Lail. Rasulullah sendiri diperintahkan oleh Allah untuk bangun malam dan mendirikan sholat, sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Al-Muzzammil, yang berarti "Orang yang Berselimut".

 

Makna ini merujuk pada Nabi Muhammad yang saat itu sedang berselimut di malam hari. Dalam ayat-ayat awal surah tersebut, Allah memerintahkan Rasulullah untuk bangun dari tidurnya dan melaksanakan sholat malam,

 

ﵟيَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُزَّمِّلُ ، قُمِ ٱلَّيۡلَ إِلَّا قَلِيلٗا ، نِّصۡفَهُۥٓ أَوِ ٱنقُصۡ مِنۡهُ قَلِيلًا ، أَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلًا ،ﵞ

"Hai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan."

(QS Al-Muzzammil: 1-4)

 

Ayat ini menjadi dasar bahwa sholat malam memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Sholat malam bermula dari setelah sholat Isya hingga fajar terbit. Semua sholat yang dilakukan dalam rentang waktu ini disebut Qiyamul Lail atau Sholatul Lail. Istilah ini mencakup berbagai bentuk ibadah malam, baik yang dikerjakan di bulan Ramadan maupun di luar Ramadan.

 

Adapun sholat Tahajud, sebagian ulama berpendapat bahwa Tahajud sama dengan sholat malam secara umum. Namun, sebagian ulama lainnya menambahkan sebuah penjelasan bukan sebagai syarat, melainkan sebagai pemahaman tambahan bahwa Tahajud adalah sholat malam yang dilakukan setelah tidur.

 

Hal ini merujuk pada firman Allah ,

 

وَمِنَ ٱلَّيۡلِ فَتَهَجَّدۡ بِهِۦ نَافِلَةٗ لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبۡعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامٗا مَّحۡمُودٗا 

"Dan pada sebagian malam hari, bersembahyang Tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (QS Al-Isra: 79)

 

Kata Tahajud dalam ayat ini berkaitan dengan akar kata hajada, yang bermakna tidur di malam hari. Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Tahajud adalah sholat malam yang dikerjakan setelah seseorang sempat tidur, sehingga ia bangun kembali untuk beribadah.

 

Inilah yang membedakan Tahajud dari Qiyamul Lail secara umum. Setiap Tahajud adalah Qiyamul Lail, tetapi tidak semua Qiyamul Lail adalah Tahajud karena Qiyamul Lail bisa dikerjakan kapan saja setelah Isya, sedangkan Tahajud dilakukan setelah tidur.

 

Dari sisi ini, sholat Tarawih termasuk dalam Qiyamul Lail, karena dikerjakan setelah sholat Isya dan sebelum fajar terbit. Jika seseorang melaksanakan Tarawih sebelum tidur, maka ia termasuk dalam Qiyamul Lail secara umum. Namun, jika sholat tersebut dikerjakan setelah tidur, maka ia masuk dalam kategori Tahajud. Dari sini, muncul pertanyaan:

 

Mana yang lebih utama, sholat Tarawih di awal malam sebelum tidur atau setelah tidur di akhir malam?

  


Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, yang pada masanya mengumpulkan kaum muslimin untuk melaksanakan sholat berjamaah di bulan Ramadan, mendasarkan hal ini pada hadis Rasulullah ,

 

"‌مَنْ ‌قَامَ ‌رَمَضَانَ ‌إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ"

"Barangsiapa yang melaksanakan sholat pada malam hari di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni."

(HR Al-Bukhari no. 38 dan Muslim no. 759)

 

Hadis ini menegaskan bahwa Qiyamul Lail di bulan Ramadan memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan sholat malam pada waktu-waktu lainnya. Karena itulah, sholat malam di bulan Ramadan baik yang dilakukan di awal malam maupun di akhir malam memiliki nilai tersendiri dalam ibadah seorang muslim. Namun, jika dilihat dari sisi keutamaan waktu, sholat di akhir malam lebih utama daripada di awal malam. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Umar radhiyallahu ‘anhu,

 

وَالَّتِى يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنَ الَّتِى يَقُومُونَ

"Dan mereka yang tidur terlebih dahulu adalah lebih baik daripada yang sholat di awal malam."

(HR Bukhari no. 2020)

 

Maksud dari perkataan ini adalah sholat yang dilakukan di akhir malam setelah tidur lebih utama daripada sholat yang dilakukan di awal malam sebelum tidur, karena waktu tersebut adalah saat yang paling mustajab untuk berdoa dan memohon ampunan kepada Allah. Karena mereka menunaikan sholat di waktu yang lebih mulia, yaitu di sepertiga malam terakhir, maka keutamaannya pun lebih besar.

 

Namun, bagi mereka yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, maka sholat di awal malam tetap menjadi pilihan yang baik. Sebab, yang terpenting adalah konsistensi dalam menghidupkan malam Ramadan dengan ibadah, baik itu di awal maupun di akhir malam.

  


Perubahan nama menjadi Tarawih berkaitan dengan kebiasaan kaum muslimin di masa awal ketika mereka menunaikan sholat malam di bulan Ramadan. Al-A‘raj menyebutkan bahwa pada masa itu, mereka sholat sebanyak delapan rakaat dengan bacaan yang sangat panjang hingga menyelesaikan Surah Al-Baqarah dalam satu rakaat. Itu berarti mereka membaca lebih dari tiga juz dalam satu malam.

 

Karena lamanya berdiri dalam sholat, mereka merasa kelelahan hingga ada yang bersandar pada tongkat. Maka, mereka berhenti sejenak untuk beristirahat di antara rakaat-rakaat sholat. Sebagian dari mereka pulang untuk minum sebelum kembali melanjutkan sholat. Dari kebiasaan inilah kemudian muncul istilah Tarawih.

 

Secara bahasa, Tarawih adalah bentuk jamak dari tarwihah (ترويحة), yang berasal dari kata rahat (الراحة), yang berarti istirahat atau menghilangkan kesulitan dan kelelahan. Jadi, Tarawih berarti "istirahat-istirahat" karena sholat ini dilakukan dengan selingan jeda untuk beristirahat.

 

Namun, jika kita bandingkan dengan praktik di banyak masjid saat ini, bacaan dalam sholat Tarawih jauh lebih ringan dan pendek dibandingkan zaman dahulu. Oleh karena itu, istilah Tarawih dalam makna awalnya sebenarnya kurang tepat jika sholat dilakukan dengan cepat tanpa membutuhkan jeda istirahat.

 

Dengan memahami sejarah dan perbedaan antara Qiyamul Lail, Tahajud, dan Tarawih, kita bisa lebih menghargai keutamaan setiap ibadah malam, terutama di bulan Ramadan. Yang terpenting bukan hanya nama atau istilahnya, tetapi bagaimana kita bisa menghidupkan malam dengan penuh keikhlasan dan kekhusyukan.


  

Sumber tulisan diambil dari kajian, ”Perbedaaan Sholat Tarawih dan Tahajud - Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.”  15 Syawal 1439 Hijriah / 03 Juni 2018