Jika Ini Ramadan Terakhirku
Jika Ini Ramadan Terakhirku

Mungkin ini adalah Ramadan kita yang ke-20, ke-30, atau bahkan ke-40. Namun, pernahkah kita bertanya pada diri sendiri …

 

"Bagaimana jika ini adalah Ramadan terakhir dalam hidup kita?" Pertanyaan yang mungkin jarang hadir di tengah kesibukan duniawi, tetapi memiliki makna yang seharusnya mengetuk hati setiap insan.

 

Kehidupan ini penuh misteri. Setiap hari, ada saja kabar tentang orang yang berpulang tanpa pernah diduga sebelumnya. Mereka yang pagi harinya tersenyum bersama keluarga, sorenya sudah terbaring dalam keabadian. Betapa sering kita berencana panjang untuk masa depan—ingin membangun keluarga yang harmonis, merintis usaha yang sukses, atau menyaksikan anak-anak tumbuh dewasa. Namun, siapa yang bisa memastikan bahwa esok masih menjadi milik kita? Ajal datang tanpa mengetuk pintu, dan tidak semua dari kita akan sempat menyambut Idulfitri mendatang.

Rasulullah ﷺ berulang kali mengabarkan kepada kita bahwa Ramadan adalah bulan penuh berkah. Pintu neraka ditutup, pahala dilipatgandakan, dan doa-doa dikabulkan. Namun, bayangkan sejenak, jika tahun ini adalah kesempatan terakhir kita merasakan Ramadan. Apakah cara kita menjalani ibadah akan tetap sama seperti tahun-tahun sebelumnya? Apakah kita akan membiarkan hari-hari berlalu tanpa perubahan berarti?

Sungguh, jika kita menyadari bahwa ini adalah Ramadan terakhir, langkah pertama yang seharusnya kita ambil adalah memperbanyak tobat. Tidak ada manusia yang bebas dari dosa. Bahkan Rasulullah ﷺ, yang dijamin masuk surga, beristighfar 100 kali dalam sehari. Bagaimana dengan kita? Bukankah lebih banyak noda yang melekat pada hati ini? Jangan sibuk mencari kesalahan orang lain, karena pada hari akhir nanti, kita akan dihisab sendirian. Mulailah dengan mengakui segala dosa dan menyesalinya dengan sungguh-sungguh. Bacalah doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ,

 

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Ya Allah, ampunilah aku dan terimalah tobatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”

 

Betapa pentingnya tobat hingga Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu, sahabat yang telah dijamin masuk surga oleh Allah ﷻ, masih merasa perlu meminta doa khusus dari Rasulullah ﷺ. Padahal, ilmu dan amal beliau sudah sangat sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada manusia yang bisa merasa aman dari dosa, bahkan yang paling mulia sekalipun.

Rasulullah ﷺ kemudian mengajarkan sebuah doa yang penuh makna dan kerendahan hati,

 

اللَّهُمَّ إنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Ya Allah, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu, kasihanilah diriku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

 

Mungkin sebagian dari kita merasa jauh dari dosa besar atau bahkan tidak tahu mana yang termasuk dosa besar. Namun, jangan pernah meremehkan dosa-dosa kecil. Dosa kecil itu bagaikan gunung besar yang terbentuk dari tumpukan kerikil kecil yang terus menumpuk. Jangan sampai dosa-dosa yang kita anggap sepele, seperti dosa telinga yang mendengar hal yang tidak bermanfaat, dosa mata yang memandang sesuatu yang diharamkan, atau dosa hati yang menyimpan iri dan dengki, membuat kita lemas saat memasuki bulan Ramadan tanpa semangat dan keberkahan. Maka, anggaplah Ramadan ini dengan serius.

 

Bertobatlah seakan-akan ini adalah Ramadan terakhir yang Allah ﷻ izinkan untuk kita. Jadikan setiap detik penuh makna dan berusahalah mendekatkan diri kepada Allah ﷻ dengan segala kesungguhan.

 

Jika ini memang Ramadan terakhir kita, maka bulan ini menjadi waktu terbaik untuk bertobat. Tobat bukan hanya sekadar ucapan “maaf” kepada Allah ﷻ. Ada kunci-kunci penting yang harus diingat:

·       Pertama, akuilah dosa dengan penuh kesadaran tanpa membanggakannya. Betapa banyak orang yang mengaku telah berbuat dosa, tetapi malah bangga seolah-olah dosa itu sebuah pencapaian. Jangan begitu. Mengakui dosa harus disertai rasa malu dan rendah hati di hadapan Allah ﷻ.

·       Kedua, sesalilah perbuatan itu sepenuh hati. Rasa penyesalan adalah tanda bahwa hati kita masih hidup dan peka terhadap dosa. Jika tidak ada rasa sesal, bagaimana kita bisa berharap Allah ﷻ mengampuni?

·       Ketiga, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya lagi. Tobat yang sejati adalah yang disertai komitmen untuk memperbaiki diri, meskipun jalan menuju perbaikan mungkin penuh godaan.

·       Keempat, jika dosa itu melibatkan hak orang lain, maka mintalah maaf dan kembalikan hak mereka. Jangan biarkan beban dosa terhadap sesama menjadi penghalang antara kita dan rahmat Allah ﷻ.

 

Jika ini adalah Ramadan terakhir kita, kita juga harus pastikan kita menjalani ibadah dengan maksimal. Salah satu cara memaksimalkan Ramadan adalah dengan menambah ilmu dan pemahaman tentang ibadah yang sesuai dengan tuntunan agama. Bacalah buku yang membahas fikih Ramadan dan ikuti kajian dengan tema seputar puasa. Mempelajari kemuliaan bulan Ramadan dan amalan-amalan sunnah di bulan Ramadan perlu diprioritaskan. Selain itu, mengetahui larangan-larangan yang membatalkan atau mengurangi nilai puasa juga tidak kalah penting agar ibadah yang dilakukan tidak sia-sia. Pengetahuan yang mendalam akan membantu menjalankan ibadah dengan lebih khusyuk dan penuh makna. Kita harus belajar bagaimana cara terbaik menghabiskan waktu di bulan mulia ini dan memahami esensi puasa Ramadan yang sebenarnya.

Tidak ada yang tahu kapan ajal akan menjemput, namun Allah ﷻ telah memberikan kesempatan berharga ini untuk memperbanyak amal ibadah sebagai bekal kehidupan yang kekal. Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan adalah membaca Al-Qur'an dengan hati yang khusyuk, menghadirkan rasa cinta dan hormat pada setiap ayatnya. Dalam hadis, disebutkan bahwa Al-Qur'an akan datang memberikan syafaat bagi mereka yang mencintainya di dunia, menjadi saksi atas amal baik yang mereka lakukan.

 

اِقْرَؤُوْا القُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ

"Bacalah Al-Qur’an karena pada hari kiamat, ia akan datang sebagai syafaat untuk para pembacanya."

(HR Muslim, no. 804)

 

Ingatlah, satu huruf dari Al-Qur'an membawa sepuluh kebaikan. Bayangkan berapa banyak pahala yang bisa kita kumpulkan hanya dengan membaca beberapa ayat saja setiap hari. Jangan biarkan kesibukan dunia membuat kita lalai dari kitab suci ini. Jadikan Al-Qur'an teman setia selama Ramadan dan seterusnya. Membaca dengan penuh keikhlasan, meskipun hanya sedikit setiap hari, adalah investasi spiritual yang tidak akan pernah sia-sia.

Jika ini adalah Ramadan terakhir kita, sudah sepatutnya kita memperbaiki niat dalam menjalankan ibadah puasa. Niat adalah fondasi setiap amal, tanpa niat yang benar, amal tidak akan bernilai di sisi Allah ﷻ. Ada orang yang berpuasa sekadar ikut-ikutan karena lingkungan mendukung—tidak enak rasanya makan ketika semua anggota keluarga berpuasa. Ada pula yang menjadikan puasa sebagai bagian dari tradisi dan budaya tanpa memahami esensi ibadah yang sesungguhnya. Bahkan ada yang berpuasa semata-mata karena alasan kesehatan, terutama di kalangan perempuan yang melihat puasa sebagai metode diet yang efektif.

 

Puasa bukan sekadar kebiasaan atau strategi kesehatan. Puasa adalah ibadah yang disyariatkan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah ﷻ. Jika niat kita masih bercampur dengan alasan duniawi, segera luruskan. Jangan biarkan Ramadan berlalu tanpa manfaat spiritual yang seharusnya.

 

Jadikan Ramadan sebagai momen untuk benar-benar mempersembahkan ibadah terbaik kepada Allah ﷻ, karena kita tidak tahu apakah akan ada kesempatan lain di tahun berikutnya. Perbaiki niat, jaga kesucian hati, dan kuatkan tekad untuk beribadah semata-mata demi Allah ﷻ. Dengan niat yang benar, setiap detik puasa kita akan bernilai pahala dan membawa kita lebih dekat kepada ampunan-Nya.

Bayangkan, jika ini benar-benar menjadi Ramadan terakhir dalam hidup kita. Apa yang ingin kita bawa sebagai bekal menghadap-Nya? Apakah kita sudah bersungguh-sungguh dalam membaca Al-Qur’an? Sudahkah kita meluangkan waktu untuk bermunajat panjang di malam-malam yang hening? Bagaimana dengan sedekah kita? Sudahkah tangan kita ringan untuk memberi dan hati kita ikhlas dalam berbagi?

Jika Allah ﷻ masih memberi kita kesempatan untuk menjalaninya, maka jangan sia-siakan. Perbaiki niat, sucikan hati, dan kuatkan tekad untuk mempersembahkan ibadah terbaik selama Ramadan ini. Isilah setiap detiknya dengan amal yang berarti, seperti: tilawah Al-Qur'an, shalat malam, bersedekah, dan memperbanyak dzikir.

Jadikan Ramadan kali ini sebagai momentum yang mendalam dalam hidup, karena kita tidak pernah tahu apakah masih ada kesempatan merasakan Ramadan berikutnya. Luruskan niat, bukan untuk mencari pujian dari sesama manusia, tetapi demi keridhaan Allah ﷻ semata.

Semoga Allah ﷻ menerima setiap amal ibadah kita, membersihkan hati kita dari segala noda, dan mengizinkan kita keluar dari Ramadan dalam keadaan yang lebih suci, penuh takwa, serta dicintai oleh-Nya. Semoga Ramadan kali ini meninggalkan jejak kebaikan yang abadi dalam hidup kita, yang akan terus menyertai langkah-langkah kita menuju keridhaan-Nya.


  
Sumber tulisan diambil dari kajian, "Jika Ini Ramadhan Terakhirku - Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A."21 Sya'ban 1445 Hijriah / 02 Maret 2024 Masehi