Peristiwa Besar Islam di bulan Shafr
Peristiwa Besar Islam di bulan Shafr

Peristiwa Besar Islam di bulan Shafr

Sejarah merekam, Islam menyimpan beberapa peristiwa besar dalam tintanya. Peristiwa ini membekas dan menjadi tonggak pergerakan Islam di kemudian hari. Beberapa lainnya, menumbuhkan rasa cinta mendalam kepada sang Nabi.


Peperangan Pertama dalam Islam setelah Hijrah

    Terjadi sekitar tahun 2 Hijriah di bulan Shafr, kaum Muslimin berhadapan dengan kaum musyrikin yang dibelakangi oleh Bani Dhamrah. Barisan yang berisi 60 orang sahabat yang dipimpin oleh Saad bin Ubadah keluar dari kota Madinah menuju Kawasan Abwa untuk menghadapi ancaman kaum kafir Quraisy. Perang ini berakhir dengan kemenangan di tangan kaum Muslimin, yang kemudian ditandai dengan merapatnya Kabilah Bani Dhamrah di bawah pemerintahan Islam.


Hijrah ke Madinah

Semakin kuatnya permusuhan kafir Quraisy Makkah kepada kaum Muslimin, Allah azza wajalla memerintahkan Rasulullah untuk berhijrah ke Madinah. Hal ini merupakan peristiwa besar dalam Islam, di mana kaum muslimin sebagian besar turut serta ke Madinah bersama Nabi. Peristiwa ini berawal dari bulan Shafr di tahun ke 14 sejak diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama.


Cinta Tak Lekang Oleh Masa

    Gambaran cinta terapik yang terekam sejarah bukan yang sebagian pemuda/i elukan pada masa ini di film-film negeri kafir, melainkan kecintaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama kepada istri pertamanya, Ibunda Khadijah radhiyallahu ‘anha. Sampai-sampai bertahun-tahun semenjak kepergiannya, Aisyah radhiyallahu ‘anha sudah dibuat cemburu olehnya. 

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama pernah mengatakan dalam sebuah kesempatan,

“Aku dikaruniai Allah berupa kecintaan kepada Khadijah”.

    Pernikahan Nabi dengan Khadijah terjadi di bulan Shafr. Darinya kita belajar bagaimana seorang kepala keluarga harus berlemah lembut kepada yang dipimpinnya. Kita belajar bagaimana melabuhkan rasa yang sebenarnya hanya kepada Allah azza wajalla.

    Teruntuk pasangan suami istri di luar sana. Boleh jadi kita menempuh segala sebab untuk tetap mempertahankan cinta, tapi coba koreksi sudahkah kita meminta kepada Allah sebuah pinta,

“Ya Allah, teguhkanlah rasa cinta kepada pasanganku dan bawalah kami kepada surga-Mu”

    Duhai?!



Dipublikasikan Tim Ilmiah Elfadis

06 Safar 1442 Hijriyah