PELAJARAN SEPUTAR AKIDAH TENTANG BULAN SAFAR
Allah azza wajalla menciptakan kita dalam rangka agar kita beribadah kepada-Nya semata dan tidak kepada yang selain-Nya. Maka tidak layak bagi seorang hamba, memaknai hidupnya sekedar makan dan minum. Melainkan, ia mengimplementasikan hakikat peribadah kepada Allah dalam setiap lini kehidupannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,
“Tidak ada adwa, tidak pula haamah (burung hantu), dan tidak pula shafar” (HR. Bukhari dan Muslim).
Islam Mengajarkan Umatnya Agar Menyandarkan Segala Sesuatu kepada Allah
Adwa adalah penyakit menular. Yang salah dari keyakinan seorang terkait penyakit menular adalah ia meyakini bahwa penyakit itulah yang menular dengan sendirinya. Padahal akidah seorang muslim hendaknya meyakini bahwa tidak ada satupun bahaya menimpa, kecuali memang Allah tetapkan atasnya.
Oleh karenanya, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallama ketika mendengar pernyataan bahwa penyakit kudis yang menimpa unta di masa itu disebabkan semata karena tularan dari unta yang lainnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallama langsung menimpali,
“Lantas siapa yang menulari unta yang pertama terkena penyakit tersebut?”
Hal ini perlu dibangun dari diri seorang muslim. Agar ia tidak merasa khawatir berlebihan dengan sesuatu dan menjadikan dirinya sadar bahwa ia hanyalah seorang hamba. Yang tidak memiliki daya dan kekuatan kecuali setelah mendapat pertolongan dari-Nya.
Burung Hantu Tidak Menandakan Kematian
Di antara sekian banyak keyakinan batil masyarakat Jahiliyah adalah keyakinan bahwa ketika rumah seorang dihinggapi burung hantu, maka menandakan kematian orang tersebut. Keyakinan yang demikian dibatalkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama. Tidaklah seorang muslim kecuali ia akan meyakini bahwa kematian dan kehidupan adalah ketetapan dari Allah jalla jalaaluh.
Merasa Sial dengan Kedatangan Sebagian Waktu
Para ulama mengartikan shafar dengan beberapa penafsiran,
Salah satu jenis sakit perut, yang diyakini oleh masyarakat jahiliyah menular dengan sendirinya kepada yang lain.
Bulan Shafr, yang diyakini oleh masyarakat Arab Jahiliyah sebagai bulan dengan penuh kesialan di dalamnya.
Penafsiran yang lebih tepat menurut Ibnu Rajab al Hanbaly rahimahullahu dalam kitabnya adalah penafsiran kedua. Akan tetapi, tentu saja dua jenis keyakinan ini tidak sesuai dengan Islam yang harus dijauhi oleh seorang muslim.
Dipublikasikan Oleh Tim Ilmiah Elfadis
Tanggal 14 Safar 1442 Hijriyah