Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda :
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إَيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang mendirikan ibadah dimalam Lailatul Qadr diiringi dengan keimanan dan juga mengharap pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu” – Muttafaqun ‘alaih (HR. Bukhari, no. 225 dan Muslim, no. 957)
Hadits ini menjadi dalil tentang keutamaan malam Lailatul Qadr dan keutamaan beribadah di malam Lailatul Qadr. Barangsiapa yang mendirikan ibadah didalamnya dengan diiringi keyakinan akan jani-janji Allah berupa pahala yang Allah tetapkan bagi orang yang beribadah di dalamnya, diiringi dengan pengharapan kepada Allah terhadap pahala dan juga ganjaran maka Allah akan ampuni dosa-dosanya (Balasan dari Allah yang paling agung).
Yaitu malam yang mulia yang Allah muliakan ia, dan Allah jadikan lebih baik daripada 1000 bulan dari sisi keberkahan malam ini dan keberkahan amal soleh yang dilakukan. Ini lebih utama dibandingkan ibadah selama 1000 bulan (dari sisi jenis, bukan sisi jumlah), dimana 1000 bulan ini setara dengan 83 tahun 4 bulan. Diantara keberkahannya adalah :
Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Al Qur’an dalam malam ini, seperti yang dijelaskan dalam QS. Al Qadr ayat 1- 5.
Ibnu Katsir mengatakan “yang dimaksud dalam ayat ke-4 itu adalah yang mana pada malam tersebut Malaikat beriringan turun dari langit ke bumi karena keberkahan yang ada di malam ini, dan ketahuilah bahwa malaikat ini turun seiringan dengan berkah dan rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana ketika dibacakan Al Qur’an, malaikat akan turun menaungi dan malaikat mengelilingi majlis-majlis dzikir (ilmu) dan menaungi sayap-sayap mereka mengelilingi ilmu dalam rangka menghormati penuntut ilmu”
Dan perkataan Rasulullah ﷺ, kenapa disebut dengan Al Qadr (dengan mensukunkan ﺩ)? Ini mengandung 2 sebab. Sebab pertama yakni menunjukkan kemuliaan dan kedudukan malam ini, maka menyandarkan sifat ‘lailah’ malam ini kepada Al Qadr. Adapun sebab kedua baik dari sisi Al Qadr maknanya adalah pada malam itu Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan takdir yang berlaku selama setahun, maka menyandarkan makna ‘lailah’ kepada Al Qadr dengan makna ‘menyandarkan sesuatu dengan sesuatu yang ada di dalamnya’.
Qatadah binti ‘Amah rahimahullah mengatakan ‘Ditentukan di malam tersebut, takdir yang berlaku pada tahun tersebut’. Ibnu Qayyim mengatakan bahwa pendapat ini lebih tepat bahwa makna Al Qadr disini adalah ‘At-Takdir wat-Takdir’. Tapi Syaikh Abdullah bin Sholih Al Fauzan memandang bahwa 2 makna ini mengandung kebenaran.
Di malam yang mulia inilah, Allah menurunkan Al Qur’an untuk yang pertama kalinya. Allah menurunkan Al Qur’an dengan 2 tahapan :
Tahap pertama, Allah menurunkan secara serentak (terjadi di bulan Ramadhan – pada malam Lailatul Qadr)
Tahapan kedua, Allah menurunkan perlahan-lahan sesuai dengan konteks masalah yang terjadi pada masa itu.
Dan menghidupkan malam ini dengan penuh keimanan dan rasa ‘serakah’ (yang bermakna ibadah dengan mengharap pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala). Hendaknya ia memperbanyak doa pada malam yang diduga bahwasannya alam itu adalah malam Lailatul Qadr (yaitu pada malam-malam ganjil). Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan “Disunnahkan untuk memperbanyak do’a di setiap waktu, dan di bulan Ramadhan jauh lebih ditekankan lagi. Kemudian dalam bulan Ramadhan ini dikerucutkan lagi banyak berdoa di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Kemudian dikerucutkan lagi pada malam-malam ganjilnya. Kemudian disunnahkan pula untuk membaca do’a yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ” -
اَللَّهُمَّ اِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah pemaaf, dan Engkau mencintai untuk memaafkan. Maka ampunilah aku”
Wallahu a’lam
Disusun oleh Pemenang Lomba Meringkas Materi Dauroh Lorong Faradisa