Buah Istighfar : Siratan Surat Nuh
Buah Istighfar : Siratan Surat Nuh



Surat Nuh merupakan Surat ke-72 yang terletak di pertengahan Juz 29, Surat ini berjumlah 28 ayat. Sebagaimana namanya, surat ini menceritakan tentang sepak terjang dakwah nabi Nuh alaihissalam yang telah malang melintang ratusan bahkan nyaris seribu tahun mendakwahi umatnya. Allah berfirman dalam Al-Quran :

وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَلَبِثَ فِیهِمۡ أَلۡفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمۡسِینَ عَامࣰا فَأَخَذَهُمُ ٱلطُّوفَانُ وَهُمۡ ظَـٰلِمُونَ.

“Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Ankabut : 14)

Surat Nuh sendiri diturunkan oleh Allah azza wajalla sebagai penghibur hati nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang bersedih karena dakwahnya ditolak oleh orang-orang musyrikin. Allah menceritakan di permulaan surat ini tentang metode-metode dakwah nabi Nuh yang beragam. Kebesaran hati dan kesabaran beliau dalam menghadapi penolakan serta isi dakwah beliau yang mengajak umatnya untuk memohon ampun dan beristighfar kepada Allah atas segala dosa.

Disebutkan di dalam Tafsir Jalalain bahwa kaum nabi Nuh mengalami kekeringan panjang disebabkan kemaksiatan yang mereka lakukan. Muqatil kemudian berkomentar yang dinukilkan di dalam al-Jami’ li Ahkamil Quran : “Ketika mereka mendustakan nabi Nuh ‘alaihissalam Allah menahan berkah langit dan menjadikan mandul rahim para wanita-wanita mereka selama empat puluh tahun.”

Maka bagi kita semua yang mungkin ditimpa kekeringan atau bencana-bencana lainnya. Sudahkah kita intropeksi diri. Begitu pula dengan kita yang mengusahakan buah hati. Berobat kesana kemari. Sudah berapa kali kita mencoba terapi jiwa ini. Padahal kita tau bahwa yang memberi anak itu Allah pun yang menahan juga Allah. Seberapa yakin kita kepada Allah saat ini, pernahkah kita menanya hati dan menatanya kembali.

Kemudian nabi Nuh memberi solusi kepada kaumnya untuk masalah yang ditimpa mereka selama puluhan tahun lamanya.

Allah berfirman di ayat 10 :

فَقُلۡتُ ٱسۡتَغۡفِرُوا۟ رَبَّكُمۡ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارࣰا ۝ یُرۡسِلِ ٱلسَّمَاۤءَ عَلَیۡكُم مِّدۡرَارࣰا ۝  وَیُمۡدِدۡكُم بِأَمۡوَٰلࣲ وَبَنِینَ وَیَجۡعَل لَّكُمۡ جَنَّـٰتࣲ وَیَجۡعَل لَّكُمۡ أَنۡهَـٰرࣰ.

“Maka aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.” (QS. Nuh : 10-12)

Nabi Nuh alaihissalam mengajak umatnya untuk beristighfar kepada Allah azza wajalla agar mereka Allah berikan jalan keluar dari kemelaratan yang menimpa dan kemandulan anak istrinya. Maka istighfarlah jalan keluar dari masalah-masalah yang menimpa hidup ini. Ayat ini menjadi dalil bahwa istighfar adalah sebab utama Allah turunkan hujan rahmat dan berkah langitnya dan juga sebab utama rezeki seorang hamba.

Diceritakan bahwa datang 4 orang kepada Al-Hasan Basri mengeluh tentang permasalahan hidupnya yang dinukilkan di dalam al-Jami’ li Ahkamil Quran  ;

Pertama, seorang datang dengan masalah paceklik yang menimpa kampung halamannya. Beliau menjawab : “mohon ampun lah kepada Allah”. Kemudian datang dengan keluhan kemiskinan yang menimpa dirinya, beliau menjawab dengan jawaban yang sama. Kemudian ada yang datang meminta kepada beliau agar mendoakan dirinya supaya diberikan momongan, beliau menjawab dengan  jawaban yang sama dan yang terakhhir mengeluh dengan keadaan kebunnya yang mengalami kekeringan pun beliau perintahkan untuk istighfar. Melihat hal ini murid-muridnya kebingungan dan bertanya alasan mengapa mereka semua beliau nasehatkan dengan nasehat yang sama. Maka Al-Hasan Basri menjawab : “Itu bukan dari diriku, melainkan Allah berfirman(membacakan ayat di atas).

Maka berapa kali kita beristighfar hari ini?

Sedangkan nabi Muhammad pernah mengabarkan nominal istighfar beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita :

إني لأستغفر الله في اليوم مائة مرة.

“Sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Jika dikalkulasikan per-istighfar yang sempurna dengan penghayatan mungkin hanya menghbaiskan 2 detik saja. Maka untuk 100 istighfar kita butuh 200 detik/3,3 menit dari 24 jam yang Allah berikan kita tidak punya. Sesibuk apa kita sebenarnya.


| Disusun & Dipublikasi oleh Tim Ilmiah Elfadis 

Tanggal : 19 Syawwal 1441 H