Bersungguh-sungguh di 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan
Bersungguh-sungguh di 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan

 

Bismillah, wasshalatu wassalamu ‘alaa rasulillah..

Di Bulan Ramadhan di tengah pandemi Covid-19 ini kita telah sampai pada 10 hari terakhir Bulan Ramadhan. Dimana kita diperintahkan untuk lebih bersungguh-sungguh dan semangat beribadah melebihi semangat di 20 hari sebelumnya. Semoga kita bisa mendapatkan kemuliaan malam laitatul qadar dan melewati Bulan Ramadhan dalam keadaan dosa-dosa kita diampuni oleh Allah.

Sebagai seorang muslim, selain semangat beribadah, tentunya juga harus memperhatikan bagaimana cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghidupkan malam-malam di 10 hari terakhir ini, agar ibadah yang kita lakukan menjadi ibadah yang diterima. Dalam sebuah hadits, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan, menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, bersungguh-sungguh, dan mengencangkan ikat pinggangnya.” Dalam riwayat Muslim : “Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersemangat dalam 10 hari terakhir melebihi semangatnya di hari-hari lainnya”. (HR. Bukhari dan Muslim) [1].

Hadits ini adalah dalil bahwa pada 10 hari terakhir Bulan Ramadhan terdapat keutamaan atas hari-hari lainnya, yaitu dengan bertambahnya ketaatan dan ibadah seperti sholat, berdzikir, dan membaca Al-Qur’an. Dalam hadits tersebut, Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha mensifati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan 4 sifat, yaitu :

1.      Menghidupkan malam (أحيا الليل). Yaitu tidak tidur hingga larut malam sehingga ia terjaga dengan ketaatan, atau menghidupkan jiwanya dengan begadang di malam tersebut, karena tidur adalah saudaranya mati. Hal ini bermakna menghidupkan malam dengan mendirikan sholat dan mendekatkan diri kepada Allah.

2.      Membangunkan keluarganya (وأيقظ اهله). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membangunkan istri-istri beliau, Ummahatul Mukminin, untuk bersama-sama melakukan ketaatan, berdzikir dan beribadah di waktu yang penuh berkah ini.

3.      Bersungguh-sungguh (وجد). Yaitu bersungguh-sungguh dalam beribadah dengan menambah ibadahnya melebihi ibadah di 20 hari sebelumnya, karena di 10 hari terakhir ini terdapat malam lailatul qadar.

4.      Mengencangkan ikat pinggangnya (وشد المئزر). Yaitu menyingkir dari istri-istri beliau, karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa melakukan i’tikaf di 10 hari terakhir Ramadhan sehingga tidak menyentuh istri-istrinya.

Itulah 4 hal yang disifati oleh ibunda Aisyah radhiyallahu anha atas Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam yang bisa dicontoh oleh kaum muslimin. Karena setiap amal tergantung pada akhirnya, hendaklah setiap muslim bersabar dalam ketaatan agar Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Sebagaimana yang dilakukan oleh para pendahulu kita dari kalangan salafushshalih yang memperpanjang sholat malamnya mengikuti jejak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Terdapat 2 jihad dalam diri seorang muslim di Bulan Ramadhan, yaitu :

-          Jihad di siang hari dengan puasanya

-          Jihad di malam hari dengan sholat malamnya

Apabila terkumpul dua hal ini dalam diri seorang muslim, maka ia termasuk golongan orang-orang sabar, yang dijanjikan oleh Allah pahala tanpa batas.

Hendaknya setiap muslim memotivasi keluarganya untuk beribadah, terutama pada waktu-waktu yang mulia. Jika menyia-nyiakannya, maka ia akan terhalang dari keberkahan. Hendaknya ia menghindari kegiatan yang tidak bermanfaat, perkataan yang sia-sia, berkumpul di majelis yang terdapat keharaman di dalamnya, atau berkumpul dalam keburukan. Karena semua itu adalah kerugian. Dan hanya kepada Allah lah kita memohon keselamatan.


Oleh : Chessandy Rilisa, Hasil ringkasan dari dauroh online Elfadis hadist-hadist puasa