Sedikit menengok ke belakang, tentang perjuangan kaum muslimin mempersembahkan dirinya kepada Allah di jalan-Nya. Melalui peperangan yang Allah jadikan ia sebagai pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Yang memisahkan antara pembela kebenaran dan pengekor kebatilan. Ialah perang Badr al Kubra.
Terjadi Di Bulan Ramadan
Siapa yang mengira bahwa kemenangan yang Allah berikan kepada kaum muslimin ini diberikan di bulan yang penuh keberkahan, yaitu bulan Ramadan. Dan keberanian para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama terwakili oleh sosok Miqdad bin al Aswad radhiyallahu ‘anhu,
“Kami sekali-kali tidak akan pernah mengatakan perkataan Banu Israil kepada Musa alaihissalam, sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya,
قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا أَبَدًا مَّا دَامُوا فِيهَا ۖ فَاذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ
“Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja".” (QS. Al Maidah : 24).
Bukti Kekukuhan Iman
Ketika menjelaskan ayat di surat al Maidah ayat 24 di atas, Syekh As Sa’diy rahimahullahu mengatakan,
“Ini bentuk ketidaksopanan perkataan Bani Israil kepada Musa alaihissalam dulu. Padahal dalam kesempatan itu adalah kewajiban bagi mereka membela Nabi mereka dan meninggikan harga diri mereka.” (Tafsir as Sa’diy 228)
Hal ini berbeda dengan sikap sahabat Nabi Muhammad radhiyallahu ‘anhum yang dengan kukuh mempersaksikan diri mereka siap menjadi penjaga Nabi mereka. Sebagaimana ungkapan Sa’ad bin Muadz mewakili kaum Anshar,
“Wahai Rasulullah, jangan khawatir mengira bahwa kami orang Anshar hanya akan menolongmu ketika ada di negeri kami, sekali-kali tidak. Bawa kami kemanapun engkau berkenan, sambung ikatan antar kami sesukamu, putuskan pula sesukamu, ambil harta kami yang engkau sukai, berikan berapapun yang engkau kehendaki, karena apa yang engkau ambil lebih kami sukai dibandingkan apa yang engkau abaikan dari kami.”
Bagaimana mungkin kalimat ini muncul, kecuali dari hati yang telah terdidik di bawah didikan keimanan. Dan Allah berikan mereka kemenangan di saat mereka begitu bersabar menahan lapar dan nafsu di bulan Ramadan. Allahu akbar
Pelajaran Keimanan
Puasa bukan hal yang ringan, terlebih bagi hati kita yang terlanjur terkotori oleh hal-hal yang bersifat nafsu dan syahwat duniawi. Hati yang sebelas bulan telah kotor, menahannya sebulan untuk belajar berhenti dari jeratan syetan tentu adalah hal yang memerlukan perjuangan besar. Namun tidakkah kita ingat sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama (yang artinya),
“Barangsiapa yang berupaya untuk sabar maka Allah akan berikan taufik kepada hatinya untuk bersabar.”
Hadis ini juga bisa dibawa ke arah makna bahwa kesabaran mengekang diri dari kemaksiatan akan memberikan dampak positif berupa diilhamkannya kesabaran dalam hatinya untuk menghadapinya.
Disusun & Dipublikasikan Oleh Tim Ilmiah Elfadis
Senin, 22 Muharram 1442 H / 30 Agustus 2021
Follow dan support akun kami :
🌏 Web : https://lorongfaradisa.or.id/
: http://www.syafiqrizabasalamah.net/
🖥 Youtube : https://www.youtube.com/LorongFaradisa
🌐 Telegram : https://t.me/lorongfaradisaofficial
📱 Instagram : https://www.instagram.com/elfadis__/
📘 Facebook : https://www.facebook.com/lorongfaradisa
___
Share agar lebih bermanfaat