Islam dan Kewajiban Menuntut Ilmu
Islam dan Kewajiban Menuntut Ilmu

 

Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Namun, banyak umat Islam yang merasa cukup hanya dengan mengaku sebagai muslim tanpa benar-benar mendalami ajaran agamanya. Padahal, memahami Islam dengan baik adalah kewajiban setiap muslim agar dapat menjalankan kehidupannya sesuai dengan syariat Allah .

Ilmu agama merupakan kunci utama bagi seorang Muslim dalam menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam. Banyak orang berstatus muslim, tetapi belum memahami hakikat Islam secara mendalam. Seiring berjalannya waktu, banyak terjadi penyimpangan dalam pemahaman agama akibat kurangnya keinginan untuk belajar. Padahal, Rasulullah  bersabda,

 

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim."

(HR Ibnu Majah, No. 224. Dishahihkan oleh Al-Albani)

 

Dalam hadis yang sangat masyhur, malaikat Jibril datang dalam bentuk seorang laki-laki dan bertanya kepada Rasulullah  tentang tiga hal: Islam, Iman, dan Ihsan,

"Suatu hari, ketika kami sedang duduk di dekat Rasulullah , tiba-tiba muncul di hadapan kami seorang laki-laki yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak tampak tanda-tanda bahwa ia baru saja melakukan perjalanan jauh, dan tidak seorang pun di antara kami yang mengenalnya.

Lalu, ia duduk di hadapan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, merapatkan lututnya ke lutut beliau, serta meletakkan kedua tangannya di atas pahanya, lalu ia berkata: 'Wahai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam.'

Rasulullah  bersabda: "Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu." Laki-laki itu berkata: 'Engkau benar.' Kami pun heran, ia yang bertanya tetapi juga membenarkan jawaban Rasulullah.

Kemudian, ia berkata lagi: 'Beritahukan kepadaku tentang iman.' Rasulullah  bersabda: "Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir, baik dan buruknya." Laki-laki itu berkata: 'Engkau benar.'

Kemudian, ia berkata lagi: 'Beritahukan kepadaku tentang ihsan.' Rasulullah  bersabda: "Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Dia senantiasa melihatmu."

Laki-laki itu berkata lagi: 'Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat.' Rasulullah  bersabda: "Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya." Lalu, laki-laki itu berkata: 'Beritahukan kepadaku tanda-tandanya.' Rasulullah  bersabda: "Ketika seorang budak melahirkan tuannya, dan ketika engkau melihat orang yang tak beralas kaki, telanjang, miskin, dan penggembala kambing berlomba-lomba meninggikan bangunan."

Kemudian, laki-laki itu pergi, dan aku pun terdiam beberapa saat. Rasulullah  lalu bertanya: "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya tadi?" Aku menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau bersabda: "Sesungguhnya dia adalah Jibril, yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian." (HR Muslim, No. 8)

            Hadis ini mengandung banyak pelajaran berharga, terutama tentang pentingnya ilmu agama bagi seorang Muslim. Beberapa poin utama yang dapat diambil dari hadis ini adalah:

 

1. Ilmu sebagai Landasan Keimanan

Ilmu agama menjadi dasar dalam memahami Islam, iman, dan ihsan. Seorang muslim tidak dapat menjalankan ajaran Islam dengan baik tanpa pemahaman yang benar.

 

Pemahaman yang benar terhadap Islam mencegah seseorang dari kesesatan, bid'ah, serta praktik ibadah yang tidak memiliki dasar.

 

 

Selain itu, ilmu agama memberikan landasan yang kuat dalam beramal sehingga setiap amal yang dilakukan tidak hanya bernilai ibadah tetapi juga sesuai dengan tuntunan syariat. Imam Syafi’i rahimahullah berkata,

 

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ

“Barang siapa menghendaki dunia, maka hendaklah ia berilmu. Barang siapa menghendaki akhirat, maka hendaklah ia berilmu." (Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab, 1/12)

 

2. Menuntut Ilmu adalah Kewajiban

Islam menempatkan ilmu sebagai kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Ilmu yang dimaksud di sini bukan hanya ilmu duniawi, tetapi terutama ilmu agama. Ilmu agama mengajarkan kita bagaimana menjalankan ibadah dengan benar, bagaimana bersikap dalam kehidupan sehari-hari, serta bagaimana menghadapi berbagai ujian hidup dengan keimanan yang kuat. Rasulullah  bersabda,

 

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim."

(HR. Ibnu Majah, no. 224. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

 

Para ulama berpendapat bahwa…

 

ilmu yang wajib dipelajari adalah ilmu yang dapat menyelamatkan seorang muslim dari kesalahan dalam beribadah dan keyakinan. Tanpa ilmu, seseorang bisa terjerumus dalam praktik ibadah yang keliru, yang pada akhirnya dapat menyebabkan amalnya tidak diterima di sisi Allah .

 

 

3. Ihsan Membutuhkan Ilmu

Konsep ihsan dalam Islam mengajarkan seorang Muslim untuk selalu merasa diawasi oleh Allah . Ihsan berarti menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika tidak mampu, maka menyadari bahwa Allah selalu melihat kita.

Konsep ini hanya dapat dicapai dengan ilmu yang mendalam mengenai sifat-sifat Allah , bagaimana Allah berinteraksi dengan hamba-Nya, serta bagaimana seorang Muslim seharusnya menjaga keikhlasan dan kekhusyukan dalam ibadah. Imam Al-Ghazali berkata,

 

العِلْمُ بِلَا عَمَلٍ جُنُونٌ وَالْعَمَلُ بِلَا عِلْمٍ لَا يَكُونُ

"Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, dan amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan." (Tarbiyatul Islamiyah, hlm. 68)

 

4. Pendidikan Agama Harus Diajarkan dengan Jelas dan Sistematis

Hadis Jibril menunjukkan bagaimana ajaran Islam disampaikan secara bertahap dan sistematis. Jibril tidak langsung menanyakan tentang ihsan, tetapi terlebih dahulu bertanya tentang Islam dan iman. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pendidikan agama, seseorang harus memahami dasar-dasar syariat terlebih dahulu sebelum mendalami aspek spiritualitas yang lebih tinggi.

Pola pendidikan seperti ini juga diterapkan dalam metode dakwah Rasulullah  kepada para sahabatnya. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata,

 

العِلْمُ نُورٌ يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ حَيَاةُ الْقَلْبِ مِنَ الْجَهْلِ وَبَصَرُ الْعَيْنِ مِنَ الْعَمَى

"Ilmu adalah cahaya yang dengannya Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-Nya. Ilmu adalah kehidupan hati dari kebutaan dan penglihatan mata dari kegelapan." (Miftah Dar As-Sa’adah, 2/28)

 

5. Ilmu Agama Membantu Menyiapkan Diri untuk Akhirat

Salah satu pertanyaan yang diajukan oleh Jibril dalam hadis ini adalah tentang tanda-tanda kiamat. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu agama juga berfungsi untuk mengingatkan manusia akan kehidupan setelah mati.

Dengan ilmu, seseorang dapat memahami hakikat kehidupan dunia sebagai tempat ujian dan kehidupan akhirat sebagai tujuan akhir yang kekal. Kesadaran ini akan mendorong seseorang untuk senantiasa beramal saleh dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan. Allah berfirman,

 

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

"Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat."

(QS Al-Mujadilah: 11)

 

            Banyak orang menganggap Islam hanya sebagai identitas yang diwariskan dari orang tua. Mereka merasa cukup hanya dengan bersyahadat, tetapi tidak memahami konsekuensinya. Padahal, Islam menuntut umatnya untuk memahami, mengamalkan, dan memperjuangkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam hadis Jibril, Rasulullah  menjelaskan bahwa …

Islam terdiri atas lima rukun, yaitu syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji bagi yang mampu.


 
 

Namun, realitas menunjukkan bahwa banyak Muslim yang mengabaikan kewajiban ini. Oleh karena itu, memahami ajaran Islam adalah langkah awal untuk menghidupkan kembali keimanan dalam hati.

Rasulullah  juga menjelaskan bahwa iman mencakup keyakinan kepada Allah , malaikat, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, serta takdir baik maupun buruk. Namun, bagaimana seseorang bisa benar-benar beriman jika tidak mengenal Allah dengan baik? Banyak orang lebih mengandalkan harta, jabatan, atau kekuatan pribadi dibandingkan bertawakal kepada Allah . Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman tentang iman masih lemah di kalangan umat Islam.

Untuk menguatkan iman, seorang Muslim harus memperdalam ilmunya tentang Allah melalui Al-Qur’an, hadis, serta kisah para nabi dan rasul. Dengan mengenal Allah lebih dekat, seseorang akan lebih mudah menjalani hidup dengan penuh ketakwaan dan keikhlasan.

Dalam hadis Jibril, Rasulullah  menjelaskan bahwa ihsan adalah beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya. Ihsan merupakan tingkatan tertinggi dalam ibadah, di mana seseorang melakukan segala sesuatu dengan penuh kecintaan kepada Allah dan kesadaran bahwa Allah senantiasa mengawasi.

Namun, banyak umat Islam menjalankan ibadah hanya sebagai rutinitas tanpa memahami esensinya. Salat dilakukan secara terburu-buru, puasa hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, serta zakat diberikan tanpa memahami manfaatnya. Oleh karena itu, belajar ilmu agama sangat penting agar ibadah yang dilakukan tidak sekadar formalitas, tetapi benar-benar membentuk kepribadian Muslim yang bertakwa.

Ketika seseorang meninggal, ia tidak akan ditanya tentang harta, jabatan, atau popularitasnya. Sebaliknya, ia akan ditanya tentang siapa Tuhannya, apa agamanya, dan siapa nabinya. Jika selama hidupnya ia tidak memahami Islam dengan baik, maka ia akan kesulitan menjawab pertanyaan ini.

Ilmu agama adalah bekal yang akan menyelamatkan seseorang di akhirat. Dengan memahami Islam secara mendalam, seseorang akan lebih siap menghadapi pertanyaan malaikat di alam kubur, lebih istiqamah dalam menjalankan ibadah, serta lebih bijak dalam menyikapi berbagai ujian hidup.

Menuntut ilmu agama juga akan membawa keberkahan dalam hidup. Orang yang berilmu akan lebih mudah menghadapi berbagai tantangan dengan ketenangan hati dan keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari takdir Allah . Dengan ilmu, seseorang dapat membedakan yang hak dan yang batil serta menjalani hidup sesuai dengan petunjuk syariat.

Tidak hanya itu, ilmu agama juga menjadi sebab seseorang mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah . Maka dari itu, jangan pernah merasa cukup dengan ilmu yang telah dimiliki. Teruslah belajar, menghadiri majelis ilmu, membaca kitab-kitab para ulama, dan mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. Dengan demikian, kita akan menjadi hamba Allah yang lebih baik, lebih dekat kepada-Nya, dan lebih siap menghadapi kehidupan di akhirat.



  

Sumber tulisan diambil dari khutbah Jumat, “Wajibnya belajar agama - Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.,