Rasulullah ﷺ
menjelaskan, ketika jenazah diangkat dan dibawa ke kuburan—baik dipikul atau
ditempatkan di atas kendaraan—ada dua reaksi berbeda tergantung pada keadaan
hidupnya. Jika jenazah tersebut adalah orang saleh, ia akan berkata,
"قَدِّمُونِي قَدِّمُونِي"
“Segerakan aku, segerakan aku!”
karena ia merasa sudah selesai dengan kehidupan dunia ini dan ingin segera
menuju tempat yang lebih baik. Namun, jika ia bukan orang yang saleh, ia akan
kebingungan dan berteriak,
"أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِي"
"Mau dibawa ke mana aku ini?"
Allah ﷻ berfirman,
حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ٱرْجِعُونِ
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: 'Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia),
لَعَلِّىٓ أَعْمَلُ صَٰلِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّآ ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا ۖ وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ
Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.' Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.
(QS Al-Mu’minun: 99–100)
Ketika itu, penyesalan mulai muncul. Mereka ingin
melakukan kebaikan yang sebelumnya diabaikan. Mereka memohon, “Ya Allah,
kembalikan aku ke dunia walau sebentar saja agar aku bisa beramal saleh.”
Namun, kesempatan itu telah berlalu.
Pada malam pertama di alam kubur, seseorang akan
merasakan sesuatu yang tak pernah ia alami sebelumnya. Jika di dunia seseorang
dipenjara sekalipun, masih ada harapan untuk bebas. Namun, ketika seseorang
diletakkan di dalam kubur, dan tanah mulai menutupinya, ia ditinggalkan oleh
keluarga. Anak-anak mungkin meratapi kepergian tersebut, istri merasa
kehilangan, tetapi kesedihan itu hanya berlangsung sementara. Dalam waktu
tertentu, istri mungkin akan menikah lagi, dan harta yang dikumpulkan akan
dinikmati oleh anak-anaknya atau pasangan yang baru.
Ada beberapa keadaan yang akan dialami seseorang
di dalam kubur, salah satunya adalah himpitan kubur. Aisyah radhiallahu 'anha
meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ لِلْقَبْرِ ضَغْطَةً وَلَوْ كَانَ أَحَدٌ نَاجِياً مِنْهَا لَنَجَا سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ
"Sesungguhnya kubur memiliki himpitan. Andaikata ada seseorang yang selamat dari himpitan kubur, maka Sa'ad bin Mu'adz-lah orangnya."
(HR Ahmad no. 25015)
Riwayat ini menggambarkan bahwa bahkan Sa'ad bin
Mu'adz—seorang sahabat yang sangat mulia, di mana ketika ia wafat, ‘Arsy Allah
bergetar, pintu-pintu langit terbuka, dan 70.000 malaikat hadir—juga merasakan
himpitan kubur, meskipun akhirnya himpitan tersebut dilepaskan. Jika seorang
seperti Sa'ad merasakan himpitan itu, bagaimana dengan kita?
Semua manusia, baik mukmin, saleh, maupun yang
berdosa, akan merasakan himpitan ini. Para ulama menjelaskan bahwa himpitan
kubur ini adalah bagian dari penyucian dosa-dosa kecil yang tertinggal, sebagai
rahmat dari Allah ﷻ. Rasulullah ﷺ bersabda,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ
"Setiap anak Adam pasti berbuat salah."
Bahkan orang yang paling saleh pun tidak terlepas
dari kesalahan, sehingga himpitan itu adalah bentuk kasih sayang Allah untuk
menyelesaikan dosa-dosa mereka. Sebagian ulama berpendapat, himpitan kubur ini
ibarat pelukan seorang ibu yang memeluk anaknya karena rindu. Namun, pandangan
yang lebih umum adalah himpitan itu merupakan penghapusan dosa bagi penghuni
kubur.
Pada alam kubur, setelah mengalami himpitan
pertama, manusia akan berada dalam kesunyian dan kesenyapan, hingga datang dua
malaikat, yaitu Munkar dan Nakir. Mereka akan mendudukkan si mayit, lalu
mengajukan pertanyaan-pertanyaan besar yang menentukan nasib selanjutnya.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bara’ bin
Azib dan dicatat oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Rasulullah ﷺ bersabda,
“استعيذوا بالله من عذاب القبر”
“Mintalah perlindungan kepada Allah dari azab kubur.”
Rasulullah ﷺ
mengulangi perintah ini dua hingga tiga kali, lalu beliau menceritakan tentang
bagaimana proses keluarnya ruh orang mukmin dan kafir, serta bagaimana ruh itu
dikembalikan ke jasadnya.
Saat itu, dua malaikat dengan rupa yang
menakutkan datang untuk menguji si mukmin. Mereka bertanya, “مَن رَبُّكَ؟” (Siapa Rabb-mu?), lalu si mukmin akan
menjawab, “رَبِّيَ اللهُ” (Rabbku adalah
Allah). Mereka bertanya lagi, “مَا دِينُكَ؟”
(Apa agamamu?), dan ia menjawab, “دِينِيَ الإِسْلاَمُ”
(Agamaku adalah Islam). Mereka kemudian bertanya, “مَنْ
نَبِيُّكَ؟” (Siapa nabi yang diutus kepadamu?), dan ia menjawab, “نَبِيِّيَ مُحَمَّدٌ” (Nabiku adalah
Muhammad).
Seorang mukmin akan menjawab dengan keyakinan,
“قَرَأْتُ
كِتَابَ اللهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ”
“Aku membaca Kitabullah, aku beriman dan meyakininya.”
Setelah berhasil menjawab, suara dari langit akan
berkata, “Hambaku berkata benar.” Bagi orang yang benar-benar beriman, tidak
sekadar berpura-pura atau mengikuti saja, akan disiapkan baginya kenikmatan
dari surga, dan kuburnya akan terbuka menuju surga. Pintu-pintu itu memancarkan
keindahan dan aroma yang menenangkan dari surga, dan kuburnya diluaskan sejauh
mata memandang.
Dalam keadaan itu, seseorang yang sebelumnya
merasa kesepian dan sendirian akan dikunjungi oleh sosok dengan wajah yang
bersinar, pakaian yang indah, dan aroma yang harum. Sosok itu akan berkata, “أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُرُّكَ” (Bergembiralah
dengan yang akan membuatmu senang), dan ini adalah hari yang dijanjikan
kepadanya. Di dunia, seorang mukmin melakukan shalat, puasa, zakat, haji, dan
amal kebajikan lainnya, dan inilah hari untuk menerima balasan dari semua
amalnya itu.
Orang mukmin tersebut akan merasa tenang di alam kuburnya yang lapang dan dipenuhi kenikmatan dari surga. Ketika ia bertanya kepada sosok berwajah baik yang mengunjunginya,
“Siapa engkau?”
Sosok tersebut
menjawab,
“Aku adalah amal salehmu.”
Hal ini membuat si mukmin menyadari bagaimana kehidupan selanjutnya yang akan ia jalani.
Dibukakan pintu surga baginya, ia dapat melihat
keindahan dan merasakan aroma surga. Dengan penuh kebahagiaan, ia berdoa, “Ya
Allah, bangkitkan kiamat segera agar aku dapat kembali kepada keluargaku dan
hartaku.” Dalam beberapa riwayat, ia bahkan ingin memberi kabar gembira kepada
keluarganya agar mereka tidak bersedih atas kepergiannya. Namun, malaikat akan
berkata kepadanya, “Beristirahatlah dulu, waktumu belum tiba, tetapi akan datang
waktunya.”